Senin, 18 Juli 2011

ANAK YANG DI TITIPKAN



Di sebuah desa di dekat hutan, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Imam dan Lastri. Mereka hidup dalam kemiskinan. Mereka harus bekerja dari pagi hingga malam agar bisa membiayai kebutuhan pokok mereka. Penghasilan Imam tidaklah seberapa karena ia hanyalah seorang penjual kayu bakar. Lastri yang sehari-harinya hanyalah bertani di ladang yang kecil miliknya, sekarang ia tidak bisa bekerja seperti biasanya karena sedang hamil tua. Namun tidak seperti keluarga-keluarga yang lain, mereka bukannya senang di karuniai seorang anak tetapi mereka malah bingung. Mereka takut semua kebutuhan anaknya tidak dapat terpenuhi. Merekapun khawatir tidak bisa menyekolahkan anaknya. Keadaan seperti ini memaksa mereka untuk berpikir keras bagaimana caranya agar bisa mencukupi kebutuhan anaknya.
Lalu pada suatu ketika Lastri berkata kepada Imam “ mas, apakah kamu tidak bisa mencari perkejaan lain?”
“Pekerjaan apa yang bisa aku dapatkan selain menjadi seorang penjual kayu bakar, sementara akupun tidak punya modal untuk mencoba usaha lain. Dan aku sudah mecoba untuk melamar kerja di berbagai tempat, namun mereka tidak memberikan kesempatan sedikitpun untukku.” jawab imam dengan nada kesal.
Lima hari kemudian Lastri melahirkan. Anak itu lahir dengan sempurna.
“Mas, anak kita sudah lahir.” kata Lastri kepada suaminya.
“Ya anak kita lahir dengan sempurna, tapi kita mungkin tidak akan bisa membagahagiakannya.” kata Imam dengan nada yang sedih. Sejenak Imam terdiam untuk merenungkan masalah tersebut, lalu ia berkata kepada istrinya, “Lastri, aku takut anak kita terlantar, maka dari itu aku ingin menitipkan anak ini. Apakah kamu setuju?” tanya Imam. “kepada siapa kamu akan menitipkan anak kita?” tanya Lastri “kepada temanku Karyo, yang tinggal di desa seberang.”jawab Imam.
Imampun berangkat ke rumah temannya sambil membawa anak laki-laki pertamanya. Sesampainya di rumah Karyo, ia bertemu dengan Karyo dan berkata “karyo, aku ingin menitipkan anankku, aku tidak mau ia jadi anak yang terlantar, maukah kau merawatnya?” tanya Imam kepada Karyo. Karyo berpikir sejenak sebelum ia mengambil keputusan. Karyo bingung dengan tawaran tersebut. Tidak lama kemudian ia berkata, “Baiklah, aku bersedia merawatnya.” jawab Karyo. “Karyo, aku titip pesan, ketika ia besar nanti jangan beritahu dia bahwa aku adalah bapaknya, aku malu. Dia pasti kecewa mempunyai bapak yang tidak bertanggung jawab sepertiku.” kata Imam.
“Baiklah! aku akan merawatnya dengan baik hingga ia besar.” kata Karyo
“Terima kasih karyo, kamu mau menolongku.”kata Imam kepada Karyo sambil berjabat tangan.
Karyo adalah teman Imam sejak kecil, namun mereka nasibnya berbeda. Karyo adalah orang yang hidupnya berkecukupan, sementara Imam hidup dalam kemiskinan. Namun Karyo mau menolong Imam, karena Karyo ingin sekali mempunyai seorang anak, namun hingga saat ini ia masih belum bisa punya anak. Karyo dan istrinya sudah lima tahun menikah, tetapi mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Maka dari itu Karyo dan istrinya mau mengurus anak dari Imam.
Lima belas tahun kemudian, anak itu tumbuh sehat menjadi seorang remaja yang gagah dan tampan. Karyo memberi dia nama Dejan, dan ia masih jadi anak satu-satunya bagi mereka karena mereka masih belum bisa punya anak. Namun Dejan belum tahu siapa bapak dan ibu kandungnya, yang ia tahu orangtuanya adalah Karyo dan istrinya.
Pada suatu hari, Imam dan Lastri merasa kangen kepada anak mereka satu-satunya yang mereka titipkan, dan mereka ingin menemuinya. Namun muncul keinginan dalam diri Imam, bahwa ia ingin mengambil kembali anak merekadan Lastri pun mempunyai keinginan yang sama. Akhirnya mereka datang ke rumah Karyo, dan kebetulan mereka semua sedang berkumpul bersama dirumah. Karyo pun mempersilahkan masuk kepada mereka. Suasana semakin ramai dan asyik, dan tiba-tiba Dejan bertanya kepada bapaknya,
“Pak, mereka siapa? Teman bapak ya?” “Eeee.... iya iya, mereka teman dekat bapak” jawab Karyo. Karyo terpaksa berbohong kepada Dejan, karena ia ingat pesan Imam kepadanya.
“Saya buatkan minum untuk mereka ya pak?”kata Dejan kepada bapaknya(Karyo).
“Iya nak, buatkan mereka teh tapi jangan terlalu manis ya” jawab Karyo. Di saat itu Imam dan istrinya mulai menjelaskan maksud dari kedatangan mereka ke rumah Karyo.
“Karyo, aku ingin memberitahu Dejan bahwa kami adalah orangtua kandungnya” kata Imam. “Tapi apakah secepat itu Imam?” tanya Karyo. “saya pikir sudah saatnya, karena dia sudah besar dan dia sudah harus tahu siapa orangtua kandungnya.” jawab Imam. “Lho..tetapi dulu kan kamu berpesan kepada saya untuk tidak memberitahukan siapa ayah kandungnya, sekarang kamu malah ingin memberitahukan hal itu kepadanya. Kamu itu bagaimana sih mam.” kata Karyo. ”Iya yo, aku berubah pikiran, aku jadi ingin mengambil dia lagi.” jawab Imam.
Lalu tiba-tiba Dejan datang sambil membawa teh yang ia buat , “Pak, Bu ini tehnya silahkan diminum!” Dejan menyodorkan teh beserta makanan ringan untuk tamunya. Lalu Karyo mengenalkan Dejan kepada Imam dan Lastri, sebenarnya dia ingin memberi tahu kepada Dejan bahwa mereka adalah orangtua kandungnya tapi Karyo masih belum berani. Imam meminta Karyo untuk menjelaskan semuanya kepada Dejan agar Dejan tahu siapa mereka sebenarnya. Karyo masih ragu, tetapi dia mencoba untuk menjelaskan kepada Dejan,
“Dejan, Bapak mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan kaget ya.” kataKaryo. “Memangnya apa yang mau bapak omongin?” tanya Dejan. “Sebenarnya pak Imam dan bu Lastri itu, mereka adalah...eeee....mereka itu, “bapak mau ngomong apaan sih, mereka itu sahabat bapak dari kecil?” tanya Dejan. “bukan! Mereka adalah orangtua kandung kamu!” kata Karyo. “Bapak ngomong apaan sih pak, bapak lagi bercanda ya?” tanya Dejan. “Tidak, bapak tidak bercanda mereka adalah orangtua kandung kamu!” jawab Karyo.
“Saya tidak percaya kalau mereka adalah orangtua kandung saya, tidak mungkin saya punya orangtua miskin seperti mereka. Kalau memang benar saya adalah anaknya, kenapa bukan mereka yang merawat saya?” Dejan tidak percaya bahwa mereka adalah orangtua kandungnya. Lastri merasa sangat sedih sekali, dia sama sekali tidak menyangka bahwa semua akan menjadi seperti ini. Dia menangis sambil memeluk suaminya. Lastri yang sudah mengandung selama sebilan bulan dan telah melahirkannya dengan penuh perjuangan, harus menerima kenyataan pahit seperti yang ia alami saat ini. Akhirnya Imam dan istrinya pulang, mereka tidak ingin memaksa Dejan untuk menerima mereka sebagai orangtua kandungnya. “Dia belum bisa menerima ini semua dan kita butuh waktu untuk membuatnya percaya bahwa kita adalah orangtuanya.”kata Imam kepada istrinya. Karyo mencoba untuk menjelaskan semuanya kepada Dejan, namun Dejan tidak percaya bahwa merekalah orangtua kandungnya. Karyo berkali-kali mencoba menceritakan kepada Dejan, namun tetap saja ia tidak bisa menerima semua itu.
Tiga hari kemudian, keluarga Karyo mendengar bahwa istri dari Imam sakit parah dan sekarang ia dirawat di puskesmas. Mendengar kabar itu, Karyo berserta istrinya berencana ingin pergi untuk menjenguk Lastri. Namun berbeda dengan Dejan, ia biasa-biasa saja justru ia malah tampak enggan untuk menjenguknya. Entah apa yang ia pikirkan saat ini, ia masih tidak bisa menerima semua kenyataan itu. Dia masih ragu, apakah dia harus menjenguknyaa atau tidak. Karyo sangat kecewa dengan sikap Dejan yang seperti itu, dan dia mencoba untuk menasihatinya.Setelah Karyo menasihatinya, ia pun berubah pikiran dan ia sadar bahwa bagaimanapun mereka adalah orangtuanya. Akhirnya Dejan mau untuk menemui ibu kandungnya yang sedang sakit parah. Sesampainya disana ia langsung menangis dan meminta maaf atas sikapnya yang kurang baik selama ini. Lalu ia memeluk ibunya yang tengah terbaring diatas tempat tidur. Dan ia berkata “bapak, ibu... maafkan Dejan ya, Dejan menyesal karena telah membuat bapak dan ibu sedih dan mulai sekarang Dejan mau tinggal bersama bapak dan ibu. Tapi ibu harus cepat sembuh ya!” katanya sambil menangis. Lima hari lamanya Lastri terbaring di puskesmas, akhirnya ia sembuh dan ia pulang ke rumah bersama suami dan anaknya. Dan mereka hidup bahagia di rumah mereka yang sederhana. Canda dan tawa selalu menghiasi kehidupan mereka walaupun mereka hidup sederhana. Satu minggu kemudian Imam mendengar kabar dari tetangga bahwa istri Karyo sedang hamil. Imam berserta keluarganya merasa sangat senang mendengar kabar gambira itu. Akhirnya mereka semua hidup bahagia dan Karyo telah di karuniai seorang anak laki-laki.

Selamat untuk keluarga Imam dan Karyo!